Seni Ilahi Permadani: Renaisans di Abad ke-21
Sebuah Bentuk Seni yang Terlupakan Mendapatkan Kejayaannya Kembali
Dulu dianggap sebagai peninggalan kuno dari masa lalu, permadani mengalami kebangkitan popularitas, sebagaimana dibuktikan oleh pameran terbaru di museum-museum bergengsi di seluruh dunia. Pameran terbaru Art Institute of Chicago, “Seni Ilahi: Empat Abad Permadani Eropa”, menampilkan keahlian yang luar biasa dan keindahan abadi dari mahakarya tenunan ini.
Signifikansi Sejarah
Permadani memiliki sejarah yang kaya, yang berasal dari Abad Pertengahan. Permadani sangat dihargai oleh kaum bangsawan dan Gereja, yang menugaskan seniman terkenal seperti Raphael, Rubens, dan Le Brun untuk merancang kartun (gambar skala penuh) untuk permadani. Permadani ini melayani berbagai tujuan, mulai dari menyediakan isolasi di kastil yang berangin hingga menampilkan kekayaan dan status.
Aspek Teknis Penenunan Permadani
Permadani dibuat dengan menjalin benang dengan berbagai warna dan bahan, satu jahitan pada satu waktu. Proses ini mirip dengan seni digital, dengan setiap jahitan mewakili sebuah piksel. Oleh karena itu, bidang visual permadani pada dasarnya berbutir, tetapi karakteristik ini menambah daya tarik dan tekstur uniknya.
Menenun permadani adalah kerajinan yang sangat terampil, yang membutuhkan pelatihan khusus dan pengalaman bertahun-tahun. Kompleksitas desain dan kehalusan detail menentukan kesulitan proses penenunan. Seniman seperti Raphael dan Rubens mendorong batas-batas penenunan permadani, menantang bengkel untuk menciptakan karya yang semakin rumit dan seperti aslinya.
Konservasi dan Tampilan
Permadani membutuhkan konservasi yang hati-hati untuk melestarikan bahan-bahan halusnya. Paparan cahaya dapat merusak benang sutra yang sering membentuk dasar permadani. Oleh karena itu, permadani tidak boleh dipajang dalam jangka waktu yang lama.
Pameran Art Institute of Chicago menampilkan 70 permadani yang telah mengalami konservasi ekstensif selama 13 tahun terakhir. Permadani ini telah dipulihkan dengan cermat ke kejayaan sebelumnya, memungkinkan pengunjung untuk menghargai keindahan dan keahlian mereka.
Pengaruh Seniman Modern
Tradisi menenun permadani telah berlanjut hingga era modern, dengan seniman seperti Goya, Picasso, dan Miró memasukkan permadani ke dalam praktik artistik mereka. Kartun rokoko Goya untuk istana Spanyol sangat terkenal, meskipun terjemahannya menjadi permadani menghasilkan beberapa distorsi yang tidak diinginkan karena keterbatasan proses penenunan.
Masa Depan Permadani
Terlepas dari tantangan konservasi dan tampilan, permadani tetap menjadi bentuk seni yang penting, menjembatani kesenjangan antara seni rupa dan seni dekoratif. Pameran Art Institute of Chicago adalah bukti kekuatan dan keindahan abadi dari mahakarya tenunan ini.
Ketika koleksi lukisan museum berpindah ke Sayap Modern yang baru, permadani akan diintegrasikan ke dalam pajangan, memungkinkan pengunjung untuk merasakan interaksi antara berbagai bentuk seni. Meskipun mungkin tidak memungkinkan untuk menampilkan 70 permadani sekaligus lagi, komitmen Art Institute untuk menampilkan bentuk seni ini memastikan bahwa permadani akan terus memikat penonton selama generasi mendatang.